Bangka Belitung provinsi di Indonesia ini termasuk karena keindahan
panorama pantainya. Puluhan pantai dengan hiasan batu granit super besar
menjadi daya tarik tersendiri bagi pariwisata Bangka Belitung.
Lebih-lebih setelah pulau Bangka dijadikan lokasi syuting film Laskar
Pelangi yang diangkat dari novel yang sama karya Andrea Hirata, pulau
ini semakin dikenal banyak orang.
Khalayak sudah pasti tahu akan keindahan alam Bangka Belitung ini.
Namun tak banyak yang tahu mengenai adat istiadat masyarakat Bangka
Belitung. Di dalam perkembangannya adat istiadat Bangka Belitung tak
bisa dilepaskan dari pengaruh dominasi Islam. Perubahan kebudayaan mulai
terjadi di masyarakat Bangka ketika Belanda dan China mulai
mengexploitasi timah di Bangka. Akulturasi dan inkulturasi budaya ini
terlihat dalam pakaian pengantin adat yang diwarnai nuansa budaya China
khususnya pada warna dan mahkota yang dikenakan pengantin perempuan. Tak
hanya itu beberapa akulturasi juga terjadi pada kesenian-keseniannya.
Rasanya segala yang disuguhkan di Bangka selalu indah dan menarik
untuk dinikmati. Tak terkecuali adat istiadanya yang kaya dan beragam.
Masyarakat Bangka yang dinekal ramah dan terbuka ini mempunyai adat
istiadat yang unik. Beberapa adat istiadat Bangka yang unik dapat
dipaparkan seperti di bawah ini.
- Mandi Belimau
Dalam menyambut bulan suci Ramadhan,
umumnya tiap-tiap daerah memiliki adat yang berbeda-beda. Ketika bulan
Ramaadhan tiba, masyarakat Bangka menggelar ritual adat mandi belimau.
Upacara mandi belimau ini merupakan tradisi yang ada di dusun Limbung
desa Jada Bahri dan desa Kimak, kecamatan Merawang, kabupaten Bangka.
Tradisi turun temurun ini dilakukan seminggu sebelum datangnya bulan
Ramadhan. Upacara diawali dengan menzirahi makam Depati Bunter leluhur
masyarakat Bangka. Seleps dari makam Depati Bunter, semua yang ikut
kegiatan ini menuju desa Jada Bahrin untuk melakukan ritual mandi
belimau. Dalam ritual ini masyarakat sebelumnya dianjurkan untuk berdoa
sesuai keinginannya, Masyarakat Bangka mempercayai apabila mengukuti
ritual ini sesuai tatacara maka semua doanya akan terkabul.
- Kawen haderek
Kawen haderek atau nikah masal adalah
tradisi budaya Bangka yang sarat nilai sejarah. Seperti namanya,
kegiatan ini melibatkan banyak pasangan calon pengantin dalam
prosesinya. Waktu pelaksanaan nikah masal ini biasanya setelah hari raya
Idul Adha. Banyak pasangan calon pengantin yang sengaja menanti
datangnya waktu pelaksanaan tradisi ini agar nikah masal ini lebih
meriah. Sebagai wujud pelestarian terhadap adat dan budaya setempat,
Dsiparbudpora Kabupaten Bangka Selatan ini telah menjadikan budaya nikah
masal ini sebagai agenda tahunan pariwisata. Sehingga jika anda ingin
menyaksikan prosesi adat ini silahkan datang ke Bangka setelah hari raya
Idul Adha.
- Sepidu sedulang
Sepindu sedulang dalam bahasa Bangka
bermakna adanya persautan dan kesatuan, atau dalam masyarakat Jawa
dinamakan gotong royong. Adat sepidu sedulang ini merupakan kegiatan
yang dilakukan penduduk Bangka pada waktu diadakan pesta kampung. Mereka
yang datang membawa dulang (wadah) yang berisi makanan untuk
dihidangkan kepada tamu yang datang di balai adat. Kegiatan ini menjadi
cerminan bahwa masyarakat Bangka mempunyai rasa toleransi dan rasa
persaudaraan yang kuat. Biasaya kegiatan sepindu sedulang ini dilakukan
ketika ada acara-acara adat, peringatan hari besar keagamaan,
perkawinan, kematian, maupun pada saat panen lada yang merupakan
komoditi utama masyarakat Bangka selain tambang timahnya.
- Nuju jerami
Tradisi nuju jerami merupakan prosesi adat
yang dilaksanakan bertepatan dengan masa panen padi. Tradisi ini
dilakukan sebagai ungkapan syukur masyarakat Bangka kepada Tuhan atas
melimpahnya panen padi dan juga sebagai permohonan untuk kelimpahan
hasil pada masa datang. Namun sayangnya tradisi adat ini sudah jarang
dilakukan oleh masyarakat Bangka, hanya dusun Air Abik, desa Gunung
Muda, Belinyu saja yang masih melaksanakan tradisi ini. Masyarakat di
desa tersebut masih melestarikan dan melanjutkan kebiasaan menanam padi.
Hal yang menarik dari tradisi ini nampak pada suasana desa yang ramai
seperti suasana lebaran. Masyarakat saling bersilaturahim dan saling
berkunjung ke handaitaulan maupung tetangga. Disamping itu, setiap rumah
di desa tersebut juga menyediakan jamuan untuk menghargai dan menyambut
tamu yang datang. Sungguh seperti suasana lebaran.
Selain contoh di atas masih banyak lagi adat istiadat Bangka yang
layak untuk dilestarikan dan difasilitasi agar kekayaan budaya bangsa
ini tidak hilang. Hal ini akan menambah keindahan Bangka yang terkenal
dengan pesona wisata baharinya. Semoga adat istiadat Bangka akan selalu
lestari dan indah selayaknya keindahan pantainya
0 opmerkings:
Plaas 'n opmerking